Teater Pada Zaman Yunani Kuno

Teater Pada Zaman Yunani Kuno – Drama Yunani kuno adalah budaya teater yang berkembang di Yunani kuno dari 600 SM. Kota-negara bagian Athena adalah tempat budaya, politik, dan agama yang penting selama periode ini. Itu adalah pusat Athena. Teater dilembagakan di sini sebagai bagian dari Dionysia, festival memperingati dewa Dionysus.

Teater Pada Zaman Yunani KunoTeater Pada Zaman Yunani Kuno

toscanaspettacolo.com – Kejadian( akhir 500 SM), lawakan( 490 SM), serta drama satir merupakan 3 jenis menggemparkan yang timbul di situ. Athena mengekspor pergelaran itu ke banyak koloninya. Teater Modern beberapa besar berawal dari pentas Yunani kuno, yang darinya beliau meminjam terminologi teknis, pengelompokan ke dalam jenis, serta banyak tema, kepribadian persediaan, serta bagian plotnya.

Baca Juga : Sejarah Dari Teater Abad Kesembilan Belas

Kata τραγῳδία (‘tragoidia’), dari mana kata “tragedi” diturunkan, adalah gabungan dari dua kata Yunani: τράγος (tragos) atau “kambing” dan ᾠδή (ode) yang berarti “lagu”, dari ἀείδειν (aeidein) , “menyanyikan”. Etimologi ini menunjukkan hubungan dengan praktik kultus Dionysian kuno. Namun, tidak mungkin untuk mengetahui dengan pasti bagaimana ritual kesuburan ini menjadi dasar tragedi dan komedi.

Dilansir dari kompas.com, Orang Yunani klasik menghargai kekuatan ekspresi lisan, yang merupakan metode komunikasi dan penceritaan utama mereka. Bahn dan Bahn menulis: “Bagi orang Yunani, bahasa lisan adalah makhluk hidup, lebih populer daripada simbol mati bahasa tertulis.”

Socrates sendiri percaya bahwa begitu dia menulis sesuatu, itu kehilangan kemampuan untuk berubah dan berkembang. Oleh karena itu, di antara banyak alasan lainnya, narasi lisan berlaku di Yunani.

Tragedi Yunani seperti yang kita ketahui terjadi di Athena sekitar 532 SM, ketika Thespis adalah aktor paling awal yang tercatat. Sebagai pemenang kompetisi teater pertama di Athena, dia adalah mantan ketua atau pemimpin dari pertunjukan kerucut ganda di Attica dan sekitarnya, terutama di daerah pedesaan Dionysia. Pada masa Thespis, Tetran telah berkembang jauh dari akar kultusnya.

Di bawah pengaruh epik heroik, lirik paduan suara Doric dan inovasi penyair Arion, itu telah menjadi sebuah genre naratif, seperti balada. Karena itu, Thespis sering disebut sebagai “Bapak Tragedi”; bagaimanapun, kepentingannya masih diperdebatkan, dan Thespis kadang-kadang terdaftar sampai urutan 16 dalam urutan kronologis dari para tragedi Yunani; negarawan Solon.

Misalnya, dikreditkan dengan menciptakan puisi di mana karakter berbicara dengan suara mereka sendiri, dan pertunjukan lisan dari epos Homer oleh rhapsodes populer di festival sebelum 534 SM. Jadi, kontribusi sebenarnya Thespis untuk drama tidak jelas, tetapi namanya telah diberi umur yang lebih panjang, dalam bahasa Inggris, sebagai istilah umum untuk pemain – yaitu, “pemain piano”.

Pementasan menggemparkan itu berarti untuk orang Athena- ini diperjelas dengan dibuatnya pertandingan serta pergelaran kejadian di Kota Dionysia. Ini diorganisir bisa jadi buat meningkatkan ketaatan di antara suku- suku Attica( baru- baru ini terbuat oleh Cleisthenes). Pergelaran ini terbuat kurang lebih dekat 508 SM. Meski tidak ada pustaka drama dari masa keenam SM, kita tahu julukan 3 pesaing tidak cuma Thespis: Choerilus, Pratinas, dan Phrynichus. Tiap- masing- masing dikreditkan dengan inovasi berbeda di bidangnya.

Sedikit yang diketahui hal Phrynichus. Beliau memenangkan kejuaraan pertamanya antara 511 dan 508 SM. Beliau menghasilkan peristiwa dengan tema dan tema yang sehabis itu digunakan di masa kehormatan, sejenis Danaids, wanita Fenisia, dan Alcestis.

Beliau ialah penyair dini yang kita tahu mengenakan tema sejarah- nya” Kemerosotan Miletus”, yang ditulis pada tahun 493- 2, menulis kodrat kota Miletus sesudah dikalahkan oleh Persia.

Herodotus berikan ketahui:” Orang Athena dengan jelas berkata kesedihan mereka pada Miletus dalam banyak tata cara, tetapi sangat penting dalam Mengenai ini: kala Philekius menulis sesuatu roman berjudul” The Fall of Miletus” Seluruh panggung meneteskan air mata kala membuat drama; mereka didenda.

Phrynichus luang seribu drachma, karena mereka mengenang bencana yang mempengaruhi mereka dengan metode orang dan menghindari hidangan selamanya.

Sampai bentang durasi Helenistik, semua peristiwa ialah ciptaan eksklusif yang ditulis untuk memuliakan Dionysus dan dimainkan hanya sekali, walhasil hari ini kita sangat penting memiliki karya- buatan yang lagi dikenal dengan cukup baik untuk diulang kala pengulangan peristiwa lama jadi wujud( bencana kelangsungan hidup, serta ambisi perseorangan pustakawan Helenistik di sehabis itu hari dalam asal ide Yunani, pula berperan dalam apa yang bertahan dari bentang durasi ini).

Penemuan terbaru sejauh bentang durasi klasik

Sesudah Penghancuran Besar Athena oleh Kekaisaran Persia pada 480 SM, kota Agios Prokopios dan akropolis dibangun kembali, dan panggung diformalkan dan terlebih jadi bagian paling banyak dari adat dan kebesarhatian masyarakat Athena.

Masa ini biasanya dikira berlaku seperti Masa Kehormatan drama Yunani. Bagian tengah dari Dionysia tahunan, yang berjalan sekali di era dingin dan sekali di era semi, ialah perlombaan antara 3 cerpenis drama memprihatinkan di Theatre of Dionysus.

Tiap- masing- masing mengirimkan 3 peristiwa, ditambah drama satir( roman, jenis olok- olok dari nilai mitologis). Dimulai pada perlombaan dini pada tahun 486 SM, masing- masing cerpenis drama mengirimkan sesuatu humor.

Aristoteles memberi tahu jika Aeschylus tingkatkan bintang film kedua( deuteragonis), dan jika Sophocles memberitahukan bintang film ketiga( tritagonis). Rupanya cerpenis drama Yunani tidak luang mengenakan lebih dari 3 bintang film berasal pada apa yang diketahui hal panggung Yunani.

Peristiwa dan humor dipandang berlaku seperti tipe yang betul- benar terpisah, dan tidak ada drama yang mengombinasikan pemikiran keduanya. Drama Satyr berkaitan dengan nilai mitologis dari peristiwa, tetapi dengan tata cara yang asli humor.

Rentang waktu Helenistik

Daya Athena menyusut sehabis kekalahannya dalam Perang Peloponnesia melawan Spartan. Semenjak dikala itu, pentas mulai menunjukkan kembali tragedi- tragedi lama. Walaupun adat- istiadat teatrikalnya kelihatannya sudah kehabisan vitalitasnya, pentas Yunani bersinambung sampai rentang waktu Helenistik( rentang waktu sehabis penawanan Alexander Agung pada era keempat SM).

Tetapi, wujud pentas penting Helenistik tidaklah kejadian namun Lawakan Terkini, adegan novel mengenai kehidupan masyarakat lazim. Salah satunya pengarang drama yang sedang terdapat dari rentang waktu itu merupakan Menander. Salah satu partisipasi terutama Lawakan Terkini merupakan pengaruhnya kepada lawakan Romawi, akibat yang bisa diamati pada buatan Plautus serta Terence yang sedang terdapat.

Sehabis 465 SM, pengarang drama mulai memakai kerangka balik ataupun bilik berpemandangan bagus, yang diucap skênê( dari mana tutur” segmen” berawal), yang digantung ataupun berdiri di balik orkestra, serta yang pula berperan selaku zona di mana para bintang film bisa mengubah seragam mereka.

Sehabis 425 SM, bilik batu yang diucap paraskenia, jadi aksesoris biasa buat skênê. Paraskenia merupakan bilik jauh dengan sisi- sisi yang muncul, yang bisa jadi mempunyai pintu masuk serta pergi. Pas di balik paraskenia merupakan proskenion(” di depan layar”), yang mendekati dengan proscenium modern.

Lantai atas diucap episkenion. Sebagian pentas pula mempunyai tempat berdialog di orkestra yang diucap logeion. Pada akhir era ke- 5 SM, dekat durasi Perang Peloponnesia, skênê setinggi 2 lantai.

Kematian kepribadian senantiasa terdengar di balik skênê, sebab dikira tidak layak buat membuktikan pembantaian di hadapan pemirsa. Kebalikannya, terdapat alasan objektif kalau kematian dalam kejadian Yunani ditafsirkan di luar pentas paling utama sebab menggemparkan estimasi, serta bukan kehati- hatian ataupun sensibilitas pemirsa.

Suatu kuil di dekatnya, paling utama di bagian kanan panorama alam, nyaris senantiasa jadi bagian dari lingkungan pentas Yunani. Ini dapat membetulkan, selaku transposisi, terulangnya pedimen dengan panorama alam batu yang setelah itu dipadatkan.

Orkestra

Orkestra merupakan sebidang tanah melingkar di bagian dasar pentas tempat paduan suara serta bintang film tampak. Pentas Yunani yang awal tidak ditinggikan setelah itu mencampurkan pentas yang ditinggikan supaya lebih gampang ditonton. Aplikasi ini jadi biasa sehabis timbulnya” Lawakan Terkini”, yang mencampurkan deskripsi menggemparkan dari kepribadian orang.

Coryphaeus merupakan badan paduan suara kepala, yang bisa merambah narasi selaku kepribadian yang bisa berhubungan dengan kepribadian suatu drama. Pemutarannya kerap diawali di pagi hari serta berjalan sampai malam hari.

Perinci seragam lainnya

Para bintang film dalam drama yang mempunyai kedudukan mengenaskan ini menggunakan sepatu bot yang diucap cothurni yang membuat mereka lebih besar dari para bintang film yang lain. Para bintang film dengan kedudukan lawakan cuma menggunakan sepatu bersol pipih yang diucap soccus ataupun sock. Sebab alibi ini, seni drama terkadang diucap” kaus kaki serta buskin”.

Soccus, yang berarti sandal dalam bahasa Latin, merupakan sepatu longgar yang tidak mempunyai jalinan, sol tanpa pakis, serta bagian atas kulit yang terpisah. Mereka digunakan oleh Romawi Kuno, pada awal mulanya paling utama oleh bintang film novel( bandingkan cothurnus buat bintang film mengenaskan). Setelah itu jadi terkenal dengan warga biasa, dengan sebagian tipe yang dipaparkan dalam Keputusan Diocletian.

Kaus kaki serta buskin merupakan 2 simbol kuno lawakan serta kejadian. Dalam pentas Yunani kuno, bintang film dalam kedudukan mengenaskan menggunakan sepatu bot yang diucap buskin( Latin cothurnus). Para bintang film dengan kedudukan lawakan cuma menggunakan sepatu bersol pipih yang diucap kaus kaki( Latin soccus).

Melpomene, muse of tragaged, kerap ditafsirkan lagi menggenggam masker mengenaskan serta menggunakan buskin. Thalia, muse of comedy, pula diasosiasikan dengan masker lawakan serta baju kaki novel. Sebagian orang mengatakan masker itu sendiri selaku” Sock and Buskin.”

Bintang film laki- laki yang menjadi kedudukan perempuan hendak menggunakan bentuk kusen di dada mereka( posterneda) buat menjiplak bentuk buah dada serta bentuk lain di perut mereka( progastreda) buat membuat mereka tampak lebih halus serta lebih semacam perempuan. Mereka pula hendak menggunakan stoking badan putih di dasar seragam mereka buat membuat kulit mereka nampak lebih terang.

Beberapa besar perinci seragam berawal dari gambar gerabah semenjak dikala itu sebab seragam serta masker terbuat dari materi sekali gunakan, jadi cuma terdapat sedikit ataupun tidak terdapat sisa seragam dari durasi itu. Pangkal data terbanyak merupakan Jambangan Pronomos tempat para bintang film dilukis di acara sehabis kegiatan.

Baca Juga : Antitheatricality, Suatu Adegan Permusuhan yang Sangat Penting di Bidang Teater

Seragam hendak membagikan opini kepribadian, semacam dalam tipe kemaluan, umur, status sosial, serta kategori. Misalnya, kepribadian dari kategori yang lebih besar hendak menggunakan busana yang lebih baik, walaupun seluruh orang berpakaian lumayan baik.

Berlawanan dengan keyakinan terkenal, mereka tidak cuma menggunakan kain serta sandal, sebab mereka mau bergengsi. Sebagian ilustrasi seragam pentas Yunani tercantum jubah jauh yang diucap chiton yang menggapai lantai buat bintang film yang menjadi dewa, bahadur, serta pria berumur.

Bintang film yang menjadi kepribadian Bidadari serta perempuan yang menggenggam banyak kewenangan menggunakan warna ungu serta kencana. Bintang film yang menjadi Istri raja serta Gadis menggunakan jubah jauh yang diseret di tanah serta didekorasi dengan bintang kencana serta adiratna yang lain, serta para prajurit menggunakan bermacam pakaian besi serta menggunakan helm yang dihiasi bulu- bulu. Seragam sepatutnya beraneka warna serta nampak nyata supaya gampang diamati oleh tiap bangku pemirsa.